Minggu, 12 Juni 2016

Museum Tuanku Imam Bonjol

Tuanku Imam Bonjol adalah pahlawan Indonesia dalam masa penjajahan Belanda. Beliau terkenal gigih melawan penjajahan Belanda. Bahkan Belanda sangat kewalahan dalam menghadapi perlawanan yang dipimpinnya. Beliau pernah diasingkan ke Sulawesi Utara karena jebakan perundingan licik Belanda. Jasanya sangat besar dalam menyumbang perlawanan terhadap Belanda. Karena jasanya yang sangat besar itulah, Museum Tuanku Imam Bonjol dibangun di Sumatra Barat.
Hasil gambar untuk museum tuanku imam bonjol
Sejarah Museum Tuanku Imam Bonjol ini terlihat jelas dalam isi yang terdapat di museum. Peninggalan-peninggalan senjata dan perlengkapan lain yang digunakan oleh Tuanku Imam Bonjol tertata rapi di dalamnya. Melihat ke dalam museum ini mengingatkan kita akan kenangan perjuangan yang keras melawan penjajahan Belanda.
Hasil gambar untuk museum tuanku imam bonjol
Untuk dapat masuk ke Museum Tuanku Imam Bonjol, dengan tarif yang cukup murah, Anda dapat menikmati keindahan bangunan museum beserta benda-benda sejarah di dalamnya. Lokasi museum ini dekat dengan Tugu Equator yang menandakan lokasi ini dengan garis khatulistiwa. Anda sebaiknya menyiapkan peralatan yang diperlukan untuk menghadapi cuaca yang panas. Di museum ini juga terdapat taman yang mengitari bangunan museum sehingga orang-orang biasanya menggunakannya juga untuk rekreasi.
Mempelajari sejarah Museum Tuanku Imam Bonjol sangatlah menarik. Anda akan mengenang sejarah pahlawan yang lahir di Bonjol, Pasaman, Sumatra Barat pada tahun 1772. Sebelumnya Tuanku Imam Bonjol sangat gigih dalam menentang perjudian, minuman keras, dan tembakau. Munculnya Belanda membuat Tuanku Imam Bonjol lebih gigih melawan penjajahan. Beliau didaulat menjadi pemimpin di daerah itu. Saat ini, Museum Tuanku Imam Bonjol menjadi kebanggan masyarakat Kabupaten Pasaman khususnya dan masyarakat Indonesia pada umumnya. Kunjungan ke tempat ini akan sangat meningkat pada hari libur nasional.
Jalan-jalan ke Museum Tuanku Imam Bonjol, anda menemukan tiga nilai yang tinggi. Pertama, Museum Tuanku Imam Bonjol yang menyimpan rekam sejarah perjuangan pahlawan nasional Tuanku Imam Bonjol. Kedua, equator merupakan perlintasan khatulistiwa yang ditandai miniatur bola dunia yang memiliki wujud tanpa bayangan. Ketiga, keindahan alam di sekitar.
Nilai jual yang tinggi objek wisata ini, didukung akses transfortasi yang lancar dan mudah dijangkau serta adanya lokasi-lokasi wisata budaya dan alam yang bisa dipadukan. Seperti adanya benteng pertahanan Tuanku Imam Bonjol, sumber air panas alamiah sekitar 2 km dari museum.
Museum Tuanku Imam Bonjol satu lokasi dengan lokasi titik kulminasi atau disebut dengan equator. Ketika anda sampai di lokasi di Nagari Ganggo Mudiak Kecamatan Bonjol, di tepi jalan lintas Bukittinggi- Sumatera Utara, tertulis "You Are Crossing The Equator" (Anda Melintasi Khatulistiwa).

Berkas:Tugu khatulistiwa Bonjol.jpg 
The Equator dilengkapi dengan tugu miniatur bola dunia, jembatan perlintasan jalan, dan goa dunia. Jembatan perlintasan ini lurus menuju gerbang museum. Sebelum sampai di museum, ada tugu pahwalan Tuanku Imam Bonjol sedang menunggangi kuda.
Namun sayang, taman yang memiliki nama cetar membahana itu namun sudah mati warna. Taman yang luas namun sepi pengunjung, museum yang gagah namun nuansa ghaibnya tinggi. Museum berlantai dua itu gelap, lukisan perjuangan Peto Syarif menghiasi dinding-dinding. Senjata golok panjang, tongkat pedang, keris, dan tombak terpajang di peti-peti kaca.
Kondisi ini menggelitik di benak semua orang yang pernah berkunjung ke tempat ini. Pasaman yang sepi objek wisata, tetapi pengunjung objek wisata pun sepi. Apakah minat wisata masyarakat yang tidak ada, bagaimana membangkitkannya. Atau, tempat wisatanya yang tidak bernilai jual.
Tidak satupun lampu yang hidup, museum yang serba hitam itu, cat dinding cokelat kehitaman, kaca gelap kehitaman, ruangan tak pakai lampu juga gelap kehitaman, lukisan lama juga ada nuansa hitam, dan alat-alat peninggalan seperti keris, golok, meriam, ladiang panjang, dan tombak, semuanya masih warna lama yang punya corak warna hitamnya. Menyontak perasaan takut pengunjung, kalau-kalau kesurupan di lokasi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar