Senin, 13 Juni 2016

Pantai Muaro Binguang

Pantai Muaro Binguang berada di Kecamatan Kinali dan menjadi salah satu alternatif daerah wisata pantai selain pantai sasak. Lokasi pantai ini cukup terpencil dan jauh dari keramaian karena di kiri kanan jalan banyak dikelilingi oleh pohon-pohon dari perkebunan sawit perusahaan swasta dan milik warga setempat. Karena sepinya lokasi ini, hewan-hewan buas seperti buaya air tawar masih dapat ditemui.
jika anda pergi ke Pantai Muaro Binguang, disarankan membawa kendaraan lebih dari 1, untuk antisipasi, karena -sampai tulisan ini dipublikasi- selain jaraknya yang jauh, perumahan sulit ditemukan, dan kondisi jalan yang masih berbatu/ belum diaspal (sekitar 5 Km menuju pantai).

Pemandangan wisata yang disajikan di Muara Binguang adalah hutan bakau dan pemandangan pantai yang mempesona. Pemandangan bakau di Muara Binguang ini di dominasi oleh pohon  bakau (Rhizophora sp) dan nipah (Nypa fructicans). Kombinasi pohon ini akan semakin semarak dengan adanya fauna yang ada di sekitar kawasan hutan yaitu monyet ekor panjang. Wisatawan bisa diajak mengelilingi bakau menggunakan perahu mesin tempel yang disewakan oleh nelayan.
Setelah wisatawan puas mengelilingi hutan mangrove, akan diajak menuju pantai yang begitu mempesona. Pantai yang indah, asri dan belum terusik. Dikarenakan untuk menuju lokasi ini harus melewati hutan bakau terlebih dahulu.

Walaupun bibir pantainya begitu bersih, dan berpasir putih, tetapi pengunjung harus berhati-hati jika ingin bermain air ataupun berenang.  Pantai ini memiliki ombak yang sangat besar dan datarannya curam. Akan tetapi dengan ombaknya yang besar tersebut akan sangat tepat dikembangkan sebagai areal berselancar (Surfing).
Ciri khas pantai yang bersih dengan pasir putihnya adalah idaman setiap orang. Pantai Muaro Binguang terletak di Desa Mandiangin, Kabupaten Pasaman Barat.

Pantai Sasak dan Air Bangis

Minggu, 12 Juni 2016

Sarasah Gontiang

Air terjun mungil yang terletak di Kecamatan Rao, Kabupaten Pasaman. Air terjun ini terletak sekitar 1 jam perjalanan dengan kendaraan bermotor dari Tugu Ikan Rao, Pasaman. Objek wisata yang masih minim informasi ini dikatakan dekat dengan Bukit Teletubbies ala Rao Pasaman. Air terjun ini tidak terlalu sulit untuk diakses bagi yang sudah biasa trekking. Lokasinya sangat cocok untuk bersantai ditemani udara yang sejuk serta desiran air yang menenangkan.
Air Terjun Gontiang atau Sarasah Gantiang memiliki ketinggian kurang lebih 12 meter ini memiliki lubuak yang bisa digunakan untuk mandi, selain itu di tebing air terjun pengunjung juga bisa melakukan cliff jumping.
 

Prasasti Lubuk Layang


Prasasti  ini terletak di Jorong Simpang IV, Desa Kubu Sutan, Kecamatan Rao Selatan, Nagari Lubuk Layang, Kabupaten Pasaman, Provinsi Sumatera Barat dengan koordinat 00° 31’ 277’’ LU dan 100° 03’ 768’’ BT. Lokasinya terletak sekitar 25 m di sisi tenggara jalan yang menghubungkan Dusun Kubu Sutan dengan Kecamatan Rao. Prasasti   tersebut terletak di tengah-tengah areal pemakaman umum, berbatasan dengan pemukiman penduduk di sebelah timur dan barat serta aliran Sungai Tingkarang di sebelah selatan.

Prasasti ini ditulis pada sebuah lempengan batuan sandstone yang kondisinya saat ini dalam posisi miring karena sebagian terbenam dalam tanah. Ukuran lempengan prasasti yang tampak di permukaan adalah panjang 85 cm, sedangkan sisi lainnya dalam kondisi terbenam dan menyisakan permukaan batu sepanjang 43 cm. Lebar batu adalah 42 cm dan tebal 16 cm. Di bagian atas batu prasasti tersebut saat ini pecah. Pertulisan terdapat di dua sisi. Sisi depan terdiri dari 9 baris, dan beberapa pertulisan di bagian atas hilang. Di sisi belakang terdapat 7 baris tulisan. Kondisi pertulisan secara umum telah aus mengingat bahan yang digunakan cenderung rapuh sehingga menyulitkan upaya pembacaan.

1380330123780344610




Buchari dan Satyawati Sulaiman sependapat bahwa terdapat 2 jenis tulisan pada prasasti Lubuk Layang atau disebut juga dengan Prasasti Kubu Sutan. Kedua tulisan tersebut agak berbeda dengan pertulisan yang biasa dipakai Adityawarman namun pertulisan tersebut sangat jauh berbeda dengan pertulisan yang umum dipakai rajaraja Sriwijaya. Pertulisan tersebut lebih mirip dengan pertulisan yang dipakai di Kamboja. Kemungkinan pertulisan tersebut berkaitan dengan Adityawarman, mengingat kebiasaannya menggunakan huruf dan bahasa yang berbeda. Keletakan prasasti Kubu Sutan berada di antara dua pusat kebudayaan besar, yaitu Pagaruyung dan Padang Lawas, tentu saja keduanya membawa pengaruh yang cukup kuat. Hal yang sama juga diketahui dari temuan prasasti yang terdapat daerah aliran Sungai Ganggo Hilia. Prasasti ini menggunakan setidaknya dua junis huruf dan bahasa yang berbeda, salah satunya adalah penggunaan Bahasa Jawa. Adapun isi dari pertulisan prasasti tersebut adalah pengumuman mengenai penggunaan mata air, yang boleh dipakai oleh siapa saja, bahkan untuk ternak (Setianingsih, 2006: 74-75). Tidak diketahui siapa yang menulis prasasti tersebut dan untuk tujuan apa sehingga perlu dituliskan dengan huruf dan bahasa yang berbeda? Hal ini menunjukkan bahwa di daerah tersebut terdapat dua kelompok yang menggunakan dua bahasa yang berbeda.




TAMAN KOTA TUGU PERJUANGAN PINTU RIMBO

 

Lubuk Sikaping, Seperti tak ingin tertinggal dengan daerah lainnya di sektor wisata, kini Kabupaten Pasaman membenahi potensi destinasi wisatanya. Khusus di Kota Lubuk Sikaping, sebagai ibu kota kabupaten ini, taman kota sebagai ruang publik kota didandani.
Kendati selama ini, taman-taman itu telah hadir, namun belum maksimal dimanfaatkan. Kini, Taman Tugu Perjuangan Pintu Rimbo Lubuk Sikaping yang dikelola satu bidang khusus, yaitu Bidang Kebersihan dan Pertamanan Dinas Pekerjaan Umum itu, mulai terlihat ada aktivitas masyarakat.

Kini taman itu sudah dilengkapi dengan fasilitas umum seperti MCK, wifi, jembatan penyeberangan, balerong utama, payung gazebo dan sarana olahraga basketball, dan fasilitas lainnya.

Kepala Bidang Kebersihan dan Pertamanan Aprialdi Said menjelaskan, Taman Tugu Perjuangan yang terletak di selatan Kota Lubuk Sikaping merupakan ikon kota Lubuk Sikaping. Posisinya strategis di pintu masuk pusat kota.
“Kita berharap taman ini jadi milik publik dan warga kota, dan semuanya  merasa nyaman. Taman itu didatangi keluarga di saat libur dan petang hari. Kelak secara bertahap, infrastruktur dan layanan pun dibenahi,” kata Aprialdi Said kepada , Jumat (31/14/2014) di Lubuk Sikaping.
Hasil gambar untuk wisata pasaman timur
Untuk itu, ia berharap, kegiatan-kegiatan SKPD juga memanfaatkan Taman Tugu Perjuangan ini sehingga ia tak terkesan dilupakan.  
Menurutnya, sebagus apapun pemandangan dan selengkap apapun fasilitas objek wisata, kalau pengunjung tidak ada maka wisata hanya tinggal sepi tak berarti.
“Kini masyarakat rantau sangat mendukung pengembangan taman ini. Perantau dan Persatuan Muslim Pasaman mendukung kegiatan yang kita lakukan, seperti kegiatan  seni tradisi dan modern,” tambahnya.
Menurutnya, untuk meramaikan Taman Tugu Perjuangan atau untuk memancing minat masyarakat berkunjung ke taman ini,  harus diisi dengan kegiatan seni pertunjukan anak-anak muda.

Museum Tuanku Imam Bonjol

Tuanku Imam Bonjol adalah pahlawan Indonesia dalam masa penjajahan Belanda. Beliau terkenal gigih melawan penjajahan Belanda. Bahkan Belanda sangat kewalahan dalam menghadapi perlawanan yang dipimpinnya. Beliau pernah diasingkan ke Sulawesi Utara karena jebakan perundingan licik Belanda. Jasanya sangat besar dalam menyumbang perlawanan terhadap Belanda. Karena jasanya yang sangat besar itulah, Museum Tuanku Imam Bonjol dibangun di Sumatra Barat.
Hasil gambar untuk museum tuanku imam bonjol
Sejarah Museum Tuanku Imam Bonjol ini terlihat jelas dalam isi yang terdapat di museum. Peninggalan-peninggalan senjata dan perlengkapan lain yang digunakan oleh Tuanku Imam Bonjol tertata rapi di dalamnya. Melihat ke dalam museum ini mengingatkan kita akan kenangan perjuangan yang keras melawan penjajahan Belanda.
Hasil gambar untuk museum tuanku imam bonjol
Untuk dapat masuk ke Museum Tuanku Imam Bonjol, dengan tarif yang cukup murah, Anda dapat menikmati keindahan bangunan museum beserta benda-benda sejarah di dalamnya. Lokasi museum ini dekat dengan Tugu Equator yang menandakan lokasi ini dengan garis khatulistiwa. Anda sebaiknya menyiapkan peralatan yang diperlukan untuk menghadapi cuaca yang panas. Di museum ini juga terdapat taman yang mengitari bangunan museum sehingga orang-orang biasanya menggunakannya juga untuk rekreasi.
Mempelajari sejarah Museum Tuanku Imam Bonjol sangatlah menarik. Anda akan mengenang sejarah pahlawan yang lahir di Bonjol, Pasaman, Sumatra Barat pada tahun 1772. Sebelumnya Tuanku Imam Bonjol sangat gigih dalam menentang perjudian, minuman keras, dan tembakau. Munculnya Belanda membuat Tuanku Imam Bonjol lebih gigih melawan penjajahan. Beliau didaulat menjadi pemimpin di daerah itu. Saat ini, Museum Tuanku Imam Bonjol menjadi kebanggan masyarakat Kabupaten Pasaman khususnya dan masyarakat Indonesia pada umumnya. Kunjungan ke tempat ini akan sangat meningkat pada hari libur nasional.
Jalan-jalan ke Museum Tuanku Imam Bonjol, anda menemukan tiga nilai yang tinggi. Pertama, Museum Tuanku Imam Bonjol yang menyimpan rekam sejarah perjuangan pahlawan nasional Tuanku Imam Bonjol. Kedua, equator merupakan perlintasan khatulistiwa yang ditandai miniatur bola dunia yang memiliki wujud tanpa bayangan. Ketiga, keindahan alam di sekitar.
Nilai jual yang tinggi objek wisata ini, didukung akses transfortasi yang lancar dan mudah dijangkau serta adanya lokasi-lokasi wisata budaya dan alam yang bisa dipadukan. Seperti adanya benteng pertahanan Tuanku Imam Bonjol, sumber air panas alamiah sekitar 2 km dari museum.
Museum Tuanku Imam Bonjol satu lokasi dengan lokasi titik kulminasi atau disebut dengan equator. Ketika anda sampai di lokasi di Nagari Ganggo Mudiak Kecamatan Bonjol, di tepi jalan lintas Bukittinggi- Sumatera Utara, tertulis "You Are Crossing The Equator" (Anda Melintasi Khatulistiwa).

Berkas:Tugu khatulistiwa Bonjol.jpg 
The Equator dilengkapi dengan tugu miniatur bola dunia, jembatan perlintasan jalan, dan goa dunia. Jembatan perlintasan ini lurus menuju gerbang museum. Sebelum sampai di museum, ada tugu pahwalan Tuanku Imam Bonjol sedang menunggangi kuda.
Namun sayang, taman yang memiliki nama cetar membahana itu namun sudah mati warna. Taman yang luas namun sepi pengunjung, museum yang gagah namun nuansa ghaibnya tinggi. Museum berlantai dua itu gelap, lukisan perjuangan Peto Syarif menghiasi dinding-dinding. Senjata golok panjang, tongkat pedang, keris, dan tombak terpajang di peti-peti kaca.
Kondisi ini menggelitik di benak semua orang yang pernah berkunjung ke tempat ini. Pasaman yang sepi objek wisata, tetapi pengunjung objek wisata pun sepi. Apakah minat wisata masyarakat yang tidak ada, bagaimana membangkitkannya. Atau, tempat wisatanya yang tidak bernilai jual.
Tidak satupun lampu yang hidup, museum yang serba hitam itu, cat dinding cokelat kehitaman, kaca gelap kehitaman, ruangan tak pakai lampu juga gelap kehitaman, lukisan lama juga ada nuansa hitam, dan alat-alat peninggalan seperti keris, golok, meriam, ladiang panjang, dan tombak, semuanya masih warna lama yang punya corak warna hitamnya. Menyontak perasaan takut pengunjung, kalau-kalau kesurupan di lokasi.

Candi Tanjung Medan

Di pasaman timur tepatnya desa tanjung medan terdapat sebuah situs purbakala atau yang sering di sebut dengan candi. Candi yang ada di desa tanjung medan kecamatan panti kabupaten pasaman timur itu dinamakan Candi tanjung medan. Sebenarnya candi ini sudah lama di ketahui oleh masyarakat di daerah sana, akan tetapi pemugaran candi ini baru dilakukan oleh pemerintah sekitar tahun 1990an.
Biasanya sebuah candi adalah bangunan yang di buat oleh orang-orang yang beragama hindu, tetapi penduduk yang berada di sekitar candi tanjung medan ini rata-rata semuanya beragama islam. Menurut masayarakat di sana ada kemungkinan di sekitar candi ini dahulunya di huni oleh penduduk yang beragama hindu, akan tetapi seiring dengan perkembangan zaman satu persatu dari mereka punah dan pergi meninggalkan daerah tersebut.
Diperkirakan nenek moyang penduduk yang ada di sekitar candi tanjung medan pada saat sekarang ini datang setelah daerah ini lama di tinggal pergi oleh penghuni sebelumnya. Jadi masyarakat disana banyak yang tidak tau asal mulanya dan kisahnya candi tersebut.

Candi tanjung medan ini di bangun di pinggir sungai sumpur, atau penduduk setempat menamakan batang sumpu. Batang sumpu ini mengalirkan airnya sampai ke provinsi Riau dan bermuara di pantai timur sumatera provinsi riau. Di daerah provinsi Riau, sungai ini tidak lagi dinamakan dengan batang sumpu (batang sumpur) tetapi berubah menjadi sungai rokan. Jika kita melihat dari lokasi dan letak candi ini maka bisa kita perkirakan pembuat/pendiri candi ini berasal dari hilir sungai rokan.

Teori ini bisa di perkirakan karena nenek moyang orang minangkabau dahulunya juga seperti itu, yang disebutkan dalam sejarah berasal dari hilir sungai. Beberapa bukti yang bisa meyakinkan kita adalah adanya nama-nama tempat yang sama disekitar sungai rokan dan sungai sumpur seperti rambah, tanjung medan, sontang dan tambangan.

Terlepas dari sejarah candi tersebut, di candi tanjung medan kita bisa melihat keindahan dan kokohnya bangunan candi tersebut. Pada saat sekarang ini candi tanjung medan sudah mulai dapat perawatan oleh warga setempat. Disekitar lokasi candi terdapat taman-taman yang bisa di gunakan untuk beristirahat oleh para pengunjung.

Candi tanjung medan ini bisa di jadikan tempat berlibur bagi anda yang setiap harinya disibukan dengan pekerjaan dan sekolah. Karena tempatnya berdekatan dengan sungai, maka untuk menyegarkan badan anda bisa mandi disungai batang sumpu yang airnya cukup jernih. Dengan di dukung dengan hawa sejuk dari pegunungan maka sangat lah cocok tempat ini untuk menghilangkan stres akibat aktivitas yang padat setiap harinya.

Untuk menuju ke tempat ini tidaklah terlalu sulit, karena lokasi candi tanjung medan ini tidak jauh dari jalan lintas padang-medan. Jarak dari bukittinggi ke desa tanjung medan sekitar 98 kilo atau sekitar 1.5jam perjalanan.

Sedangkan jarak lokasi candi dari jalan lintas padang-medan di perkiran sekitar 200 meter dengan menempuh sedikit jalan berbatu. Jika anda datang dengan menggunakan angkutan umum, dari jalan lintas/raya padang-medan anda bisa langsung menuju ke lokasi candi dengan berjalan kaki tanpa perlu menggunakan jasa ojek.